TENTANG BANYUWANGI

BANYUWANGI, khususnya Desa Kemiren, juga memiliki berbagai jenis makanan khas. Salah satu makanan khasnya adalah rujak. Rujak yang ada sangat beragam. Konon, saking banyaknya, Banyuwangi sempat dijuluki sebagai ‘kota sejuta rujak’.Jenis rujak di Banyuwangi sebenarnya hanya dua macam, rujak buah dan rujak lontong sayur. Dua jenis rujak ini memiliki keunikan yang beragam, tergantung kemasan penyajiannya. Nama rujak buah juga unik. Di antaranya, rujak cemplung, rujak ini terbuat dari berbagai jenis buah seperti mangga, mentimun, nenas, bengkoang, dan jeins buah lainnya. Dinamakan ‘cemplung’ karena buah-buahan yang telah dicacah dimasukkan dalam cairan air cuka yang sangat pedas dan masam. Di-cemplung-kan berarti dimasukkan.
Ada rujak iris. Rujak ini juga terbuat dari buah-buahan. Cara pembuatannya, buah diiris rapi kemudian dicampur bumbu yang terbuat dari air gula merah dan asam. Ada juga jenis rujak kecut. Rujak ini bahan dasarnya buah-buahan. Bedanya, buah yang sudah diiris dicampur saus kacang ditambah sedikit petis udang.Yang paling populer dan menjadi santapan idola kini adalah rujak soto. Rujak ini baru muncul sekitar tahun 1975. Awalnya, rujak ini modifikasi rujak lontong sayur.Rujak soto pertama kali dibuat Usni Solihin, ibu rumah tangga yang gemar memasak. Dari kegemaran memasak inilah, Usni yang sempat membuka warung di salah satu kompleks SMA mencoba mencampurkan rujak dan soto. Hasilnya, mengejutkan. Rujak ini memiliki rasa khas sayuran dicampur soto yang beraroma daging hangat.Awalnya, penemuan itu tidak mendapat respons masyarakat. Lambat laun Usni menyempurnakan penemuannya itu. Akhirnya, penemuan yang spektakuler itu mampu menjadikan namanya melejit. Rujak soto makin dikenal dan digemari, bahkan bukan hanya di kalangan warga osing.
Perbedaan antara rujak biasa dan rujak soto terletak pada penggunaan petis udang. “Rujak biasa petisnya harus banyak. Tapi rujak soto tidak usah pakai petis. Ini rahasianya,” ujar Usni.Sejak ditemukannya rujak soto, menambah daftar makanan khas di Banyuwangi. Karena itu, tidak heran jika warung milik Usni yang terletak di pojok jalan Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, selalu ramai pengunjung. Tiap hari dia harus menyediakan 4 kg kacang tanah untuk bahan saus rujak. Di warungnya Usni membuat rujak tetap menggunakan cara tradisional. Ketika dia membuat rujak semua bahan tetap diuleg dengan tagannya sendiri. “Kalau pakai blender saya tidak bisa menjamin rasa rujaknya,” tururnya.
Kini warung rujak soto milik Usni bukanlah satu-satunya di Banyuwangi. Hampir di tiap sudut kota bisa ditemukan warung yang menyediakan menu rujak soto.Rujak soto pernah diikutkan Festival Makanan Nusantara di Jakarta, Malang, Surabaya, dan selalu menempati peringkat tertinggi. Kini rujak soto seolah menjelma menjadi makanan populer dengan harga yang sangat terjangkau.Makanan khas lainnya adalah beraneka jenis camilan, mulai dari aneka krupuk, sale pisang, bagiak hingga rengginang. Menariknya, camilan ini dikolaborasi dengan berbagai jenis rasa, mulai dari rasa cumi, tahu, kerang dan banyak lagi. Tiap toko oleh-oleh umumnya memberikan layanan jasa antar hingga ke luar pulau.Yang perlu dilirik lagi adalah banyaknya jenis kerajinan ciri khas warga osing. Kerajinan yang paling banyak adalah terbuat dari anyaman bambu. Berbagai jenis perabot rumah tangga, seperti tas, baki, tempat kue dan lainnya, semuanya dibentuk rapi dari anyaman bambu. Barang kerajinan ini juga mudah didapatkan dan harganya relatif murah.
Budaya Banyuwangi :
Gandrung Banyuwangi berasal dari kata “gandrung”, yang berarti ‘tergila-gila’ atau ‘cinta habis-habisan’ dalam bahasa Jawa. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti ketuk tilu di Jawa Barat, tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, lengger di wilayah Banyumas dan joged bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).
Pawai Kebudayaan Banyuwangi Dimeriahkan dengan Tari Gandrung
kemegahan pawai budaya banyuwangi dalam rangka HarJaba tanggal 18 Desember tidak hanya di nikmati oleh masyarakat banyuwangi saja tetapi masyarakat luar banyuwangi juga ikut berpartisipasi dalam menyemarakkan pesta. Orang Canada aja belajar tari Gandrung dan dia antusias sekali, menurutnya tari gandrung itu Unik dance seperti tari bali. Oleh karena itu kita orang Banyuwangi pantas berbangga dengan kesenian kita dan kita mempunyai tugas untuk menjaga dan melestarikan budaya kita jangan sampai di Bajak oleh negara lain. GANYANG MALAYSIA.

Senin, 16 Maret 2009

0 Comments:

 
Joko Agung Si Pelaut - Wordpress Themes is proudly powered by WordPress and themed by Mukkamu Templates Novo Blogger